Mengenalkan Konsep
Matematika kepada anak usia dini dapat dimulai sejak dini, karena bagaimanapun
dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa terlepas dengan konsep matematika. Contoh
Fenomena matematika disekitar anak :
-
Panjang – pendek (rambut,
badan/tubuh,kuku,dll).
-
Berat-Ringan ( tubuh )
-
Jumlah (mata, telinga, hidung, jari
tangan/kaki )
-
Mengukur tubuh
-
Bentuk geometris pada tubuh.
-
Membagi makanan dengan teman dll
Dari
beberapa contoh fenomena diatas sehingga timbullah pertanyaan “Apa itu
Matematika ?”
Matematika merupakan
sarana berfikir untuk mempelajari, memahami dan memecahkan berbagai persoalan.
Matematika memungkinkan manusia menggunakan berbagai bahasa simbol untuk
menyederhanakan dan menghubungkan berbagai persoalan . Dengan matematika
memungkinkan manusia berfikir logis dan simbolis, melakukan analisis, serta
menggambarkan hubungan antara berbagai peristiwa secara sistematis,
mengembangkan daya fikir serta kemampuan bekerja sama.
Keterlibatan anak dalam
kegiatan pembelajaran melalui pengalaman tersebut akan memperkuat pemahaman
anak tentang konsep dasar matematika. Matematika permulaan diperlukan untuk
mengubah angka pengetahuan dasar matematika, sehingga anak secara mental siap
mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut.
Banyak ahli yang mendefinisikan apa yang
disebut matematika itu diantaranya adalah :
• Riedesel,
matematika adalah menyikapi masalah dan pemecah masalah, sebagai aktivitas
untuk menemukan jawaban dan terkait dengan pola dan hubungan.
• Salah
satu cabang matematika adalah berhitung. Menurut Suyanto, berhitung merupakan
dasar dari beberapa ilmu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti,
penambahan, pengurangan, pembagian, ataupun perkalian. Untuk anak usia dini
dapat menambah dan mengurangi serta membandingkan sudah sangat baik setelah
anak memahami bilangan dan angka.
Kegiatan berhitung
di PAUD adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika melalui
aktivitas bermain dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan berhitung penting diberikan
sejak usia prasekolah agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung,
sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran
matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih kompleks.
*)Standart kompetensi
pembelajaran berhitung Charlesworth
Charlesworth mengembangkan standard
kompetensi untuk pembelajaran berhitung permulaan bagi anak usia dini, dimana
diwujudkan dalam 6 kemampuan, yaitu:
korespondensi satu-satu, bilangan dan berhitung, klasifikasi, bentuk dan
ruang, pola, dan pengukuran.
*)Dasar Konsep berfikir
Matematika AUD
Menurut
Siegler dalam Santrock, pada usia 5 tahun sebagian besar anak dapat menghitung
hingga 20 atau lebih, dan mengetahui ukuran relatif angka 1 sampai 10, kemudian
dapat melakukan penambahan dan pengurangan digit tunggal. Anak-anak usia ini
berada pada tahapan praoperasional yang secara intuitif memikirkan strategi
untuk melakukan penambahan dengan menghitung jemarinya dan dengan menggunakan
objek lainnya.
Teori
Kognitif Piaget
Teori Piaget anak usia 2-7 tahun berada dalam
tahapan praoperasional, dimana masih berfikir intuitif dan belum
berfikir logis, pada tahapan ini menjelaskan bahwa prosedur melakukan tindakan
secara mental terhadap obyek–obyek. Pada tahapan ini anak belajar menggunakan
dan merepresentasikan obyek dengan gambaran dan kata-kata serta pemikiran yang
masih egosentris. mengklasifikasikan benda-benda berdasarkan satu ciri (warna
dengan warna, bentuk dengan bentuk, mengurutkan obyek menurut ukuran, bentuk
atau ciri lainnya, klasifikasi merupakan kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya atau
karakteristik lain, termasuk bahwa serangkaian benda–benda dapat menyertakan
benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
Pendapat
lainnya dari Vygotsky, memiliki kaitan
dengan tujuan pendidikan matematika tentang konstruktivisme, dimana anak
membangun berbagai pengetahuannya sendiri. Ada beberapa aktivitas yang disusun
melalui teori Vygotsky diantaranya: membangun balok, pemetaan, penyusunan pola,
permainan dramatik, menyampaikan cerita dan penulisan jurnal.
Dienes
menuliskan 5 tingkatan teori dari pemikiran matematikanya antara
lain bermain bebas, generalisasi, representasi, simbolik, dan formalisasi.
1. Bermain
bebas adalah saat anak bermain dengan mengeksplorasi sesuatu yang ada di
sekitarnya, misalnya: anak memutar-mutar bola dan buah jeruk sesuka hatinya
dengan melihat adanya perbedaan dari keduanya, meskipun bentuknya sama-sama
bundar. Generalisasi, dimana anak mencoba untuk membuat pola dengan sesuatu
yang berbeda meskipun bentuknya sama. Misalnya, mereka membuat pola dengan
menggunakan bola dan jeruk.
Representasi dimana
anak mencoba mereprentasikan konsep yang ada dalam bentuk gambar. Misalnya,
anak menggambar lingkaran di atas1. kertas
yang merupakan hasil dari representasinya terhadap bola dan buah jeruk.
2. tingkatan
Simbolik dimana anak mereprestasikan bentuk tadi dengan sesuatu yang ada di
sekitarnya. Misalnya anak merepresentasikan bentuk bundar dengan kolam ikan
yang ada di taman sekolah yang berbentuk bundar pula.
3. Formalisasi,
dimana anak belajar untuk mengetahui konsep 2 dimensi dan 3 dimensi. Anak dapat
mengkatagorikan serta mengurutkan benda-benda tersebut. Misalnya, anak
mengurutkan jeruk dan bola tadi secara selang seling lalu mengkategorikan bola
dan jeruk dalam bentuk yang sama yaitu bentuk bundar.
Dari setiap pendapat
para ahli diatas, menyatakan bahwa anak perlu diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk beraktivitas atau bermain dengan benda-benda kongkrit yang
ada di sekitar mereka. Maka penting bagi guru untuk menciptakan lingkungan
bermain dan belajar yang mendukung pembelajaran berhitung.
*) Prinsip Berhitung Matematika
Permulaan
Menurut
Gelman dan Gallistel dalam Papalia, pada masa kanak-kanak awal mulai mengenali
lima prinsip perhitungan sebagai berikut:
the 1-to-1 principle:
hanya mengatakan satu angka untuk tiap item yang dihitung (“satu..dua..tiga”);
(2) the stable-order-principle: menyebutkan nama angka dalam serangkaian
susunan (“Satu, dua, tiga..”), bukan (“Satu, tiga, dua,…”); (3) the
order-irrelevance principle: mulai menghitung item apa saja dengan total
hitungan yang akan sama; (4) the cardinal principle: nama angka terakhir
yang digunakan menjadi total jumlah item yang akan dihitung (jika ada lima
item, maka nama item yang terakhir akan menjadi “5”); (5) the abstraction
principle: berbagai prinsip di atas digunakan terhadap semua objek.
*)
Prinsip penting dalam Berhitung matematika permulaan :
- berikan
secara bertahap, diawali melalui pengamatan terhadap alam sekitar, dimulai
dari kongkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih
kompleks
- berikan
kesempatan untuk anak anak terlibat secara langsung dengan menyediakan
soal-soal sesuai pengetahuan yang sudah dimiliki,
- ciptakan
suasana menyenangkan, mengasyikan dan memberikan rasa aman serta kebebasan
bagi anak,
- Gunakan
bahasa yang sederhana dengan menerjemahkannya menjadi sesuatu yang bisa
mereka pahami,
- Serta pentingnya mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan.
*) Tahapan Matematika Permulaan
Menurut
Jindrich, berikut adalah tahapan-tahapan yang diperlukan dalam mengembangkan
pemahaman matematika pada anak:
(1)
penggunaan bahasa matematika adalah melalui pemakaian kata-kata yang benar
sehari-hari;
(2)
mengembangkan konsep menghitung tanpa pemahaman nilai dari angka;
(3)
mengenalkan konsep berhitung atau korelasi antara angka dan jumlah;
(4)
awal dari berhitung secara rasional;
(5)
mengenal lambang bilangan dan menulis angka;
(6)
menjumlahkan dan mengurangi benda dalam satu urutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Santrock,
W Jhon.2007.Child Development
(Perkembangan Anak).Edisi 11.Terj Mila R.Jakarta:Penerbit Erlangga
Sperry, Susan.2013.Early Childhood Mathematics.Fifth Edition.USA:Pearson Education,Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar